Asal kata Bajidor, berasal dari para penonton atau penggemar setia kliningan di daerah Subang, Mereka menjadi penonton setia kesenian bajidoran kemanapun dipentaskan dan acapkali memberi saweran kepada para penari, sinden dan pemain musiknya (nayaga).
Kekhasan kesenian ini dibandingkan dengan kesenian yang telah ada sebelumnya adalah pada posisi pelaku seni, pola tarian, dan musik. Posisi sinden atau ronggeng (penari) di atas panggung dan tidak berbaur dengan penonton; terdapat pola tarian terstuktur dan terdapat pula gerakan tarian bebas para penari dan bajidor yang dipengaruhi dari tarian yang telah ada sebelumnya. Lagu yang dibawakan diantaranya Kidung (Kembang Gadung), lagu-lagu tradisi kliningan (lagu ageung, lagu alit), lagu-lagu kreasi baru, dan termasuk pula lagu pop dan dangdut. Instrumen yang digunakan pada Bajidoran terdiri atas kendang ageung (kendang indung), kulanter (terdiri atas keplak dan tung), saron 1, saron2, demung (panerus), bonang, rincik, gambang, rebab, goong, dan kecrek
Dalam masyarakat, kesenian Bajidoran secara selain berfungsi sebagai sarana hiburan juga memiliki fungsi dalam aspek ekonomi masyarakat
Istilah Bajidoran berasal dari kata Bajidor yang artinya salah satu waditr semacam kendang ukuran besar. Memang dalam penyajian bajidoran ini peranan kendang sangat dominan untuk mengisi gerak-gerik tari. Istilah Bajidoran ada pula yang mengartikan untuk menamakan orang yang meminta lagu dan sekaligus orang tersebut sebagai penari.